FTP: Sikap Terbuka bagi Tradisi Kritis-Radikal dalam Ilmu Hadis
Departemen Riset STFI Sadra kembali menyelenggarakan FTP (Forum Temu Pakar) di tahun 2018. Forum diskusi ilmiah yang diselenggarakan pada Kamis, 22 Maret yang lalu ini mengangkat hasil penelitian Dr. Babul Ulum, dosen ilmu hadis STFI Sadra, terkait studi kritis terhadap prinsip keadilan perawi di generasi sahabat. Penelitian tersebut merupakan disertasi penulis di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, yang telah dinyatakan lulus pada tahun 2015.
Sebagaimana dikatakan oleh penulisnya, disertasi ini berangkat dari semangat untuk memikirkan ulang hal-hal besar dan mendasar dalam suatu bangunan disiplin ilmu. Tentu saja bangunan disiplin ilmu apapun hanya akan bisa dibangun secara kokoh jika memiliki fondasi yang kokoh pula. Ilmu hadis tak terkecualikan dari hal ini.
Dalam konteks ilmu hadis Dr. Babul Ulum melihat ada suatu prinsip dasar yang telah menjadi traveling theory, namun sebenarnya sangat rapuh, dan—tentu saja, perlu diperbaiki. Prinsip tersebut adalah prinsip keadilan (seluruh) sahabat Nabi saw. Dr. Babul Ulum memilih sejalan dengan sejumlah peneliti, seperti Prof. Dr. Kamaruddin Amin (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dan Dr. Maya Yazigi (Simon Fraser University), yang melihat adanya kepentingan politik tertentu di balik kemunculan dan kristalisasi prinsip tersebut. Ia sendiri mencoba mengajukan suatu interpretasi baru terhadap sejumlah kategori hadis yang dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan politik itu, yang ia sebut dengan Mu’awiyat (merujuk ke raja pertama pada Dinasti Umayyah, yaitu Mu’awiyah ibn Abi Sufyan).
Hadir sebagai penanggap utama, Dr. Abdelaziz Abbaci, direktur Sadra International Institute, seorang pakar filsafat Islam dan tasawuf. Sejumlah pakar lainnya, seperti Abdullah Beik, M.A. (pakar ilmu akidah) dan Muhammad Shodiq, M.A. (pakar Ilmu Al-Quran dan Tafsir), juga ikut hadir menjadi penanggap dalam diskusi ini, selain para mahasiswa.
Di awal diskusi, Direktur Departemen Riset STFI Sadra, Ammar Fauzi, Ph.D, dalam sambutannya menjelaskan pentingnya penelitian-penelitian baru yang serius di bidang ilmu hadis, terutama melihat kaitan eratnya dengan ilmu al-Qur’an dan tafsir yang menjadi salah satu program studi yang dimiliki STFI Sadra. Ia juga menjelaskan adanya sejumlah topik lain yang tak kalah penting untuk diteliti. Contohnya adalah masalah Isrāʽīliyyāt, yang serupa dengan topik disertasi Dr. Babul Ulum dari sisi kemendasaran dan kekurangan perhatian terhadapnya.
Diskusi berjalan baik dan menyuguhkan perdebatan hangat nan beradab. Sejumlah kritik dari penanggap seperti tentang sensitifitas topik juga muncul ke permukaan, namun tetap bisa ditanggapi secara elegan oleh pemateri dengan membatasi semangat dan ranahnya pada dunia ilmiah. Di sisi lain, sejumlah masukan, seperti pentingnya rekonstruksi aspek dirāyah (pemaknaan) dibanding riwāyah (transmisi) dalam ilmu hadis, juga hangat didiskusikan. Masukan lainnya, seperti tentang pentingnya klarifikasi konsep keadilan, sahabat, dan politik, termasuk tentang pentingnya kerangka pendekatan yang lebih komprehensif tentang analisis konteks dalam ilmu hadis, juga ikut mengemuka.