Memahami Tesis Huntington
Oleh, Muhammad Ma’ruf
Huntington terkenal dengan “The Clash of Civilization”. Apa pengertian dan penjelasanya. Berikut tulisan singkat pokok-pokok tesis pemikiranya.
Huntington memiliki hipotesis, bahwa “sumber fundamental konflik di dunia baru ini utamanya bukan ideologi atau ekonomi. Perpecahan besar di antara umat manusia dan sumber konflik yang mendominasi adalah budaya”. Negara-negara bangsa akan tetap menjadi aktor paling kuat dalam urusan dunia, tetapi konflik utama politik global akan terjadi antar bangsa dan kelompok peradaban yang berbeda. Bentrokan peradaban akan mendominasi politik global. Garis patahan antar peradaban akan menjadi garis pertempuran di masa depan.
“Dalam dunia baru (pasca perang dingin) ini, konflik yang paling luas, penting dan berbahaya tidak akan terjadi antara kelas sosial, kaya dan miskin, atau kelompok yang didefinisikan secara ekonomi, tetapi antara orang-orang yang memiliki entitas budaya yang berbeda. Perang suku dan konflik etnis akan terjadi dalam peradaban.” (1996, Clash of Civilisations h. 28)
Terdapat beberapa periode perang menurut Huntington; 1. Perang atas nama Raja 2. Perang Bangsa-Bangsa (1789-1918), 3. Perang Ideologi (Fasisme/Nazisme, Komunisme, Demokrasi Liberal), 4.Perang peradaban.
Menurutnya, budaya peradaban didefinisikan diantaranya: elemen tujuan umum (bahasa, sejarah, agama, adat, institusi) & identifikasi diri subyektif (‘kita’ dan ‘mereka’). Budaya peradaban didasarkan terutama pada agama: (h. 43-48). Kristen Barat, Islam, Ortodoks, Amerika Latin, Sinik, Jepang, Hindu, Budha, Afrika.
“Konflik antar kelompok dalam peradaban yang berbeda akan lebih sering terjadi, lebih berkelanjutan dan lebih kejam daripada konflik antar kelompok dalam peradaban yang sama.” (1993, 48).”
Modernisasi masyarakat tidak mengarah pada adopsi budaya Barat. Modernisasi adalah perkembangan dalam sains & teknologi, industrialisasi, urbanisasi, literasi, pendidikan, kekayaan, mobilitas sosial, diferensiasi dalam angkatan kerja (hal. 68). Peradaban Barat muncul pada abad ke 8 & 9 – sedangkan modernisasi muncul pada abad ke 17 dan 18.
Masyarakat dapat memodernisasi tanpa Westernisasi. “Masyarakat non-Barat dapat memodernisasi dan memodernisasi tanpa meninggalkan budaya mereka sendiri dan mengadopsi nilai-nilai, institusi, dan praktik Barat” (h.78). “Di suatu tempat di Timur Tengah, setengah lusin pemuda bisa mengenakan jeans, meminum Coke, mendengarkan rap, dan, bersujud ke Mekah, dan merakit bom untuk meledakkan sebuah pesawat Amerika.” Huntington (h. 58).
Konsep Peradaban Barat
Apa yang dimaksud konsep peradaban Barat?. Menurut Huntington, ia adalah suatu warisan klasik filsafat & hukum, Katolik & Protestan, berbagai bahasa, aturan hukum, pluralisme sosial, badan perwakilan, individualisme (h.68-72). “Secara individual, tidak satu pun dari faktor-faktor ini unik di Barat. Namun kombinasi semuanya, bagaimanapun, memberi karakter khas Barat “(h.72). Huntington menilai, terdapat pengertian yang kontras antara inti budaya Barat dan Muslim terkait dengan nilai-nilai demokrasi (1996, h.70).
Huntington bertanya, kenapa peradaban akan berbenturan?. Jawabanya, karena identitas peradaban akan menjadi penting di masa depan. Setidaknya terdapat 7 hingga 8 peradaban utama (Barat, Konghucu, Jepang, Islam, Hindu, Slavik-Ortodoks, Amerika Latin, dan Afrika).
Kenapa terjadi benturan?
Terdapat beberapa alasan terjadinya berbenturaan; pertama, peradaban menanggung beban sejarah, bahasa, budaya, tradisi, agama yang paling penting. Kedua, dunia menjadi tempat yang lebih kecil. Ketiga, modernisasi ekonomi dan perubahan sosial di seluruh dunia memisahkan orang dari identitas lokal yang telah lama ada. Keempat, pertumbuhan kesadaran-peradaban lebih besar karena peran ganda Barat. Kelima, karakteristik dan perbedaan budaya kurang bisa berubah dan kurang mudah dikompromikan dan diselesaikan daripada politik dan ekonomi.
Level Benturan.
Level benturan akan terjadi pada dua tingkatan. Level mikro, perjuangan untuk menguasai wilayah satu sama lain. Pada tingkat makro, promosi nilai-nilai politik & agama tertentu dan pelembagaannya.
Garis Patahan antar Peradaban
Garis-garis patahan antar peradaban menggantikan batas-batas politik dan ideologis Perang Dingin sebagai titik nyala (titik di mana kekerasan terjadi) memunculkan krisis dan pertumpahan darah.
Pembagian ideologis di Eropa telah hilang, pembelahan budaya Eropa antara Kristen Barat di satu sisi, dan Kristen Ortodok dan Islam di sisi lain, telah muncul kembali. Barat dan Sisanya terdiri dari; warisan klasik, Kekristenan Barat, Bahasa eropa, Pemisahan otoritas spiritual dan otoritas dunia, Aturan hukum, Badan perwakilan dan individualisme.
Terjadi benturan Barat vs Sisanya. Dua sumber konflik antara Barat dan peradaban lain. Penyebabnya adalah, pertama, karena perbedaan kekuatan dan perjuangan kekuatan militer, ekonomi dan kelembagaan. Kedua, perbedaan nilai dan keyakinan dasar.
Dalam pandangan Huntingtong, Barat berada pada puncak kekuasaan. Keputusan yang dibuat di Dewan Keamanan PBB atau IMF (Dana Moneter Internasional) mencerminkan kepentingan Barat dan disajikan sebagai keinginan masyarakat dunia. Barat menggunakan institusi internasional, kekuatan militer dan sumber daya ekonomi untuk menjalankan dunia dengan cara mempertahankan dominasi Barat, melindungi kepentingan Barat dan mempromosikan nilai-nilai politik dan ekonomi Barat (ini adalah cara orang non-Barat melihat dunia baru-terdapat elemen yang signifikan yang benar dalam pandangan mereka).
Menanggapi tesis Huntington ini, terdapat beberapa respon dan sikap peradaban non-Barat terhadap kekuatan dan nilai-nilai Barat: Pertama, mengisolasi (mengisolasi negara dari Barat). Kedua, Ikut-ikutan (upaya untuk bergabung dengan Barat dan menerima nilai-nilai dan lembaganya). Ketiga, berusaha menyeimbangkan (untuk memodernisasi tetapi tidak untuk membaratkan). Olehkarena itu Huntington memberi saran, Barat harus mempertahankan kekuatan ekonomi dan militer yang diperlukan untuk melindungi kepentingannya sehubungan dengan peradaban lain. Barat harus mengembangkan pemahaman mendalam tentang asumsi keagamaan dan filosofis yang mendasari peradaban lain. Tidak akan ada peradaban universal, tetapi dunia peradaban yang berbeda, yang masing-masing harus belajar untuk hidup berdampingan dengan yang lain.
Pemahaman, definisi dan tesis “benturan antar peradaban” ini di kritik oleh para pakar, salah satunya, Prof. John Esposito. Dia berpendapat, bahwa antar negara berselisih bukan akibat peradaban atau agama (Sebagai contoh. Aksi militer Amerika di Afghanistan atau Irak bukanlah konflik peradaban; NATO menyerang Yugoslavia yang merupakan negara Kristen, bahkan untuk menyelamatkan Muslim Kosovo).
Pertanyaan buat kita semua, masih relevankah tesis Huntingtong ini. Apakah kita setuju dengan Huntington bahwa konflik saat ini berakar pada bentrokan antar peradaban?. Jawabanya masih, selama struktur politik dunia di dominasi kelompok arogan dengan perangkat ekonomi poitik internasionalnya, dan keadilan politik masih tidak terbagi rata. Peradaban global maksimalis selalu mengikuti gerak postur aparatus negara dan segala manifestasinya. Peradaban yang baik hasil dari produk dan dukungan politik yang baik, peradaban buruk hasil dari politik manipulatif dan kotor. Perlu diingat, bahwa Aristotles dan Plato bisa melegenda dalam peradaban pengetahuan karena dukungan politik yang maksimal.