Pidato Gubernur DKI Jakarta : Interelasi Agama & Budaya dalam Tata Kota Global
Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan, Ph.D selaku keynote speaker karena berhalangan hadir, akhirnya pidato sambutanya dibacakan oleh Alberto Ali, SE, M. Ikom, Kepala Bidang Informasi dan Pembangunan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. Pidato ini disampaikan dalam acara Pra Konferensi Internasional “Interelasi Antaragama dan Budaya dalam Membangun Tatatan Kota Global” 27/10/2017, di STFI Sadra.
Diawali sambutan dari Prof. Dr. Jawad As’adi dan Dr. Khalid Al-Walid, kemudian pembacaan pidato gubernur DKI dan diskusi. Hadir sebagai pemakalah Prof. Dr. Syekh Hakim illahi (Konsep Pembangunan Kota Global-Mashad), Prof. Dr. Abdul Hadi, WM (Pembangunan Kota Global Prespektif Nusantara) dan Dr. Romo Setyo Wibowo (Pembangunan Kota Global Prespektif Roma-Italia). Berikut pidato lengkap Gubernur DKI Jakarta.
Assalamulaikum Warrahmatullahi Wabarokatuh
Selamat siang dan salam sejahtera
Mengawali sambutan ini mari kita senantiasa memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah Subhanna Watta’ala atas segala limpahan nikmat dan karuniaNya sehingga kita semua dapat hadir bersama pada siang hari ini
Hadirin peserta Pra-Konferensi yang saya hormati,
Jakarta adalah tempat yang dipenuhi oleh sejarah. Setiap titik Jakarta menyimpan lapisan kisah sejarah yang dilalui selama ribuan tahun. Jakarta tidak dibangun baru-baru saja dari lahan hampa. Sejak era Sunda Kelapa, Jayakarta, Batavia hingga kini. Jakarta adalah kisah pergerakan peradaban manusia. Jakarta sebagai melting pot telah menjadi tradisi sejak lama. Disini tempatnya berkumpul manusia dari penjuru nusantara hingga penjuru dunia. Jakarta tumbuh dan hidup dari interaksi antar manusia. Karenanya Jakarta selalu menjadi bagian utuh dari sebuah tatanan global dunia yang terus bergerak dan berubah.
Hadirin peserta Pra-Konferensi yang berbahagia,
Kunci dari hidup beragam adalah memahami hidup bersama karenanya tidak hanya merayakan keragaman tapi mari kita merayakan persatuan. Seringkali kita melewatkan persoalan persatuan, saling setia dan saling mendukung satu sama lain. Inilah model kota dunia yang saya kira harus tumbuh kedepan, beragam dan bersatu.
Interelasi budaya saat ini merupakan relasi yang terjadi di seluruh kota dunia, namun kerap kali sumbatan komunikasi terjadi pada setiap kekhasan kotanya. Sekat-sekat primordialisme dan identitas menjadi dinding tinggi yang membatasi relasi antar penduduk kota. Dan jawaban khas Indonesia yang telah tersedia adalah musyawarah.
Hadirin yang saya hormati,
Berbicara mengenai kebudayaan, kebudayaan suatu bangsa merupakan indikator dan mencirikan tinggi atau rendahnya martabat dan peradaban suatu bangsa. Kebudayaan tersebut dibangun oleh berbagai unsur, seperti bahasa, sastra dan aksara, kesenian, dan berbagai sistem nilai yang tumbuh dan berkembang dari masa ke masa.
Kebudayaan Nasional dibangun atas berbagai kebudayaan daerah yang beragam warna dan corak, sehingga satu rangkaian yang harmonis dan dinamis. Oleh karena itu, tidak disangkal bahwa bahasa, sastra, aksara, kesenian dan nilai tradisi budaya Betawi merupakan unsur penting dari kebudayaan yang menjadi rangkaian kebudayaan nasional.
Nilai-nilai dan ciri budaya kepribadian bangsa merupakan faktor strategis dalam upaya mengisi dan membangun jiwa, wawasan dan semangat bangsa Indonesia sebagaimana tercermin dalam nilai-nilai luhur Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945.
Kebudayaan Betawi merupakan bagian dari budaya nasional dan sekaligus menjadi asset nasional memiliki nilai dan norma sosial budaya yarg melandasi pemikiran dan prilaku warganya. Sikap dan filosofi hidup orang Betawi diekspresikan dalam keyakinan, kesenian, kesusasteraan, kenaskahan, dan adat istiadat. Orang Betawi mengintegrasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari sehingga Islam menjadi jati diri orang Betawi. Ajaran itu dinyatakan dalam kesenian, kesusateraan, kenaskahan dan adat istiadat.
Sikap dan filosofi hidup masyarakat Betawi yang memiliki nilai-nilai kehidupan bermasyarakat yang luhur dan sangat penting untuk dipelihara, dilestarikan dan diwariskan kepada generasi penerus, dan harus dipertahankan keberadaannya walaupun terjadi perubahan global.
Hadirin peserta Pra-Konferensi yang saya hormati,
Mari kita kembalikan musyawarah menjadi tradisi kita. Bagaimana sila ke-4 dalam Pancasila yang bunyinya adalah kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Karena itu majelis-majelis warga akan dihidupkan kembali.
Jakarta masa depan adalah sebuah kota yang religius dan toleran. Untuk mewujudkannya mari bersama-sama membangun wadah dan ruang komunikasi yang lebih luas dan berperadaban. Disana warga kotadapat saling belajar dan saling menggali pengetahuan. Membangun kota bukan hanya fasilitas melainkan juga sumber dayanya. “Masyarakat Jakarta harus berdaya”
Hadirin peserta Pra-Konferensi yang berbahagia,
Forum ini saya harapkan mampu menjadi salah satu wadah yang memperkokoh interelasi diantara beragam budaya dan agama. Tidak ada upaya yang sempurna, demikian juga tidak ada upaya yang sia-sia. Mari bersama-sama wujudkan kebaikan dan keadilan untuk warga kota yang kita cintai.
Demikian hal-hal yang saya sampaikan, semoga menghadirkan kebaikan dan keadilan yang diharapkan oleh seluruh warga Jakarta, yaitu maju kotanya dan bahagia warganya.
Wassalamualaikum Warrahmatulahi Wabarakatuh