Teknologi dalam Visi Filsafat Hikmah Muta’aliyah
PROSIDING KONFERENSI
International Conference on Islamic Philosophy (ICIPh) 2019
Nano Warno
Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) SADRA
Email: nanowarno@gmail.com
Makalah ini ingin menganalisa diskursus teknologi lewat perspektif filsafat Hikmah Muta’aliyah Mulla Sadra. Filsafat Hikmah Muta’aliyah Aliran ketiga dalam filsafat Islam yang berhasil menghamorninasiskan nalar burhan, wahyu dan kasyaf dan menjadikan wujud sebagai prinsip utamanya. Filsafat Hikmah Muta’aliyah memiliki kapital yang melimpah ruah yang dapat menginspirasi, sebagai pisau analisis, memformat ulang, mendekonstruksi dan merekonstruksi kembali berbagai diskursus sejarah, etika, fikih, ekonomi, politik, psikologi, sosial budaya dan sebagainya. Dan itu juga membuktikan bahwa Filsafat kembali lagi menemukan posisi sentral dirinya sebagai ratu ilmu-ilmu.
Kesuksesan Mulla Sadra sebagai arsitek aliran filsafat Hikmah Muta’liyah selain kekayaan metodologinya juga karena prinsip dasar filsafatnya yaitu wujud (ashalatul wujud). Prinsip kemendasaran wujud (ashalat wujud ) ini sangat unik karena menghidupkan kembali jantung realitas yang mulai diabaikan oleh para ilmuwan berbagai disiplin . Filsafat Hikmah Muta’aliyah seolah-olah ingin mengingatkan kembali saripatikehidupan yang dinamis yang mengisi segala relung-relung gradasi realitas dari level spekulatif dengan segala tingkatannya dari yang terlemah hingga yang paling kuat dan menyentuh level praktis yang digerakan oleh emosi, perasaan, hingga yang berasal dari renungan pemikiran para empu.
Wujud dalam hikmah Muta’aliyah bukanlah realitas statis tapi sangat dinamis yang merentang dari wajibul wujud hingga wujud potensi dengan modus-modusnya yang sangat dinamis yang hanya bisa difahami secara mendalam dengan pengalaman langsung dalam ombak bahtera wujud yang selalu bertransformasi. Salah satu isu yang banyak dibicarakan sekarang adalah perkembangan teknologi dengan segala jenisnya yang mencengangkan, yang dapat memicu revolusi peradaban dengan segala efeknya yang negatif atau positip. Teknologi di era sekarang tidak dapat diabaikan perananya.
Teknologi dapat mengobrak-abrik sebuah bangsa. Namun teknologi juga bisa bertransformasi lebih manusiawi dari manusia sehingga teknologi dianggap solusi sangat cerdas untuk menyelamatkan spesies manusia dari berbagai penderitaan kejiwaan, kemiskinan, dan juga menghadirkan masa depan yang lebih ceria. Teknologi dalam visi hikmah Muta’liyah lahir dari pandangan tentang alam sebagai tingkatan wujud yang selalu bertransformasi (harakah jawhariyah). Teknologi harus selaras dengan proses penyempurnaan manusia dan membantu penyempurnaan spekulatif dan praxis.