Wawancara Prof. Dr. Jawad As’adi : Tasawuf dan Peradaban
Tasawuf dan Peradaban. Dua bidang seolah terpisah. Tasawuf sering dipresepsi sebagai dunia batin bersifat individual, suatu kegiatan asketis super tertutup terhadap dunia materi. Sedang peradaban adalah sesuatu yang syarat dengan bentuk-bentuk manifestasi kemajuan, baik fisik dan non fisik. Bisakah keduanya bertemu, bagaimana relasi keduanya, menegasi atau mengafirmasi, jika jawabanya positif afirmatif, bagaimana menjelaskanya. Untuk mendapatkan jawaban tersebut, Riset Sadra sengaja melakukan investigasi melalui wawancara dengan seorang pakar tasawuf, Prof. Dr. Jawad As’adi (Direktur Almustofa Internasional University Indonesia) 23/5/2017.
Bisa diceritakan sejarah tasawuf dalam membangun Peradaban Islam?
Terimakasih banyak telah mewancarai saya, tema yang anda angkat sangat kontemporer. Tasawuf dan peradaban sesuai bidang studi S2 dan S3 saya. Tasawuf adalah satu aliran asketis sejak zaman rosul telah berkembang dan masih cukup dikenal hingga sekarang. Tasawuf muncul pada abad ke-2 paska wafat nabi, terdiri dari praktik dan teori. Saya akan fokus pada peran tasawuf dalam dunia Islam.
Kita mulai dari pengertian peradaban. Peradaban adalah himpuanan nilai pemikiran, spiritualitas, nilai-nilai materi manusia-perpindahan umat manusia dari era primitif ke era perkembangan dari sisi kebudayaan, pemikiran dan natural.
Relasi tasawuf dan peradaban bisa kita lacak dari relasi Islam dan peradaban. Para teoritisi sosial dan peradaban, mengatakan peran Islam sangat menentukan peradaban. Kita bisa tengok perbandingan zaman dari sebelum Islam masuk ke jazirah arab, hingga Islam masuk. Banyak perubahan terjadi, pola hidup, kebudayaan baru, dan interaksi yang kondusif dengan dunia luar. Islam berasimilasi dan menghilangan unsur negatif budaya setempat kemudian membentuk unsur baru-inilah peradaban Islam.
Tasawuf menanamkan semangat unik, sehingga pola pandang terhadap peradaban dapat menyerap dari luar. Suatu perubahan (transfromasi) dalam tasawuf bukan minus ke plus, tapi lebih menitik beratkan bobot akherat dan menekankan aspek ketuhanan.
Apa unsur-unsur tasawuf dalam pembentuk peradaban Islam?
Perlu saya tekankan untuk menggali elemen-elemen konstruktif tasawuf, tidak bisa dilepaskan dari persoalan apa peran tasawuf dalam peradaban. Arah tasawuf menekankan pada akherat, dan menurunkan kepedulian pada dunia. Kita lihat peradaban sekarang telah menjauhkan hakekat manusia dari dirinya dan menggantikan pada perkara-perkara dunia. Tasawuf ingin mendekatkan manusia pada hakekatnya, dan menjauhkan manusia dari tampilan-tampilan dunia. Nilai tasawuf dalam mengembangkan peradaban adalah nilai ketuhananan dan bervisi akherat.
Karena itu, sikap tasawuf mengubah wajah peradaban materi menjadi peradaban ketuhanan dan ke akheratan. Sehingga peradaban yang dikehendaki tasawuf adalah peradaban yang independen dari duniawi, cara pandang ini luhur dan tinggi-tidak instrumentalis. Sufi juga berkontribusi terhadap peradaban fisik seperti tempat-tempat suci khalaqoh, dan pola berpakaian yang mengarahkan pada akherat.
Apakah penyebab kegagalan tasawuf membangun perdaban?
Sikap tasawuf bukan menentang tapi mengakomodasi peradaban, sehingga justru nampak keberhasilanya baik secara fisik maupun nonfisik. Banyak peran sufi di bidang esoteris, karya sastra, dan banyak manifestasi peradaban yang bisa kita amati.
Apa kendala-kendala tasawuf dalam membangun peradaban?
Faktor pertama, munculnya pemikiran radikal di kalangan sufi, yaitu hilangnya keseimbangan, moderasi, kejujuran dan ketidakbergantungan pada dunia. Takfiri juga berkembang di kalangan sufi, menghasilkan dampak negatif. Sufi yang tidak zuhud telah kehilangan eksistensinya, dan hilangnya sikap zuhud- maka akan menghancurkan peradaban sufi.
Faktor kedua, menyerap pemikiran radikalisme dan keduniawian sehingga mereka siap bergabung dengan lembaga tertentu untuk mensukseskan agenda tertentu. Mereka para sufi terlibat dalam peperangan. Mereka terlibat dalam konflik-konflik kepentingan politik. Ketidakmampuan mendudukan posisi mereka (sufi) mengakibatkan tergoda dengan kelompok takfiri, sehingga mengakibatkan warisan-warisan Islam banyak di hancurkan.
Peluang apa saja bagi sufi dalam membangun peradaban?
Ada paradok antara otentitas dan peradaban, bagaimana ajaran otentik dihadapkan pada peradaban yang semakin maju, sebagian kalangan bingung, saya kira peran tasawuf bisa menunjukkan otentisitasnya yaitu kecondongan pada ketuhanan dan akherat. Dalam ajaran sufi, dunia semata alat dan tidak lebih dari bayangan, ada realitas ada bayangan. Ajaran sufi paling prinsip adalah “kesatuan wujud/ada”. Seringkali untuk menunjukan hakekat melalui manifestasi (bayangan/alam), apa hahekat itu? lawan dari bayangan dunia yakni bayangan hakekat tersebut.
Lalu bagaimana sufi melihat kemajuan teknonologi virtual, internet. Ini adalah suatu bentuk dunia lain, dunia salinan, dunia itu tidak nyata karena dengan sekejap saja kita tekan tombol bisa terdelate. Dunia virtual seperti dunia bayangan sufi. Meski begitu dunia (virtual) itu tetap ada. Tasawuf dapat berkontribusi terhadap kedalaman dalam melihat fenomena tersebut dan bisa menyelamatkan manusia menuju akherat dan Tuhan.
Bagaimana sebaiknya pengajaran tasawuf di dunia Islam dan Indonesia?
Tasawuf adalah suatu bidang klasik dalam peradaban Islam, tetap hidup hingga sekarang. Ada dua bagian. Teori dan praktek. Dalam teori banyak tokoh-tokoh besar beserta karyanya dari beragam mazhab, karena tasawuf ajaran fitrah, maka bisa diserap semua kalangan. Islam berlaku di semua tempat begitu juga dengan tasawuf, pola pengajaran tasawuf bisa didapat dari buku-buku yang berlimpah.
Berkenana tasawuf praktek, 80 % masyarakat Indonesia punya kecenderungan tasawuf karena faktor sejarah, sehingga banyak tareqat berkembang. Masyarakat Indonesia jika mampu mengembangkan terus ajaran tasawuf saya kira akan berkontribusi pada pembangunan peradaban Islam.(ma’ruf)